Guru, apapun haknya pada murid, yang
pasti menghina murid apalagi sampai menekan-nekan kepala murid dengan
jari telunjuk merupakan sebuah tindakan yang tidak terpuji, tidak
mendidik, bahkan itu sudah jadi sebuah penghinaan yang tidak bisa
dilegalkan dengan dalih pendidikan atau “supaya murid kapok”. Sebab hal
tersebut jelas bisa menimbulkan efek psikologis pada murid, dan
kemungkinan besar efek itu bukan sesuatu yang baik
Kekecewaan guru pada murid yang sulit
menerima pelajaran karena bodoh, lalai, pemalas,, atau pun pada murid
yang nakal, lalu dicurahkan guru dengan cara menghina murid apalagi
sampai memukul, sudah jelas bukanlah bagian dari pendidikan, apalagi
cara mendidik. Sekolah jelas berbeda dengan pelatihan militer (militer
pun tidak menghina kekurangan fisik atau psikis), apalagi jika sekolah
itu masih tingkat dasar, Sekolah Dasar.
Kabar yang sangat miris, lucu, sekaligus
merasa salut pada seorang bocah SD yang berani menendang kemaluan
gurunya karena bocah itu sudah tidak tahan dinasehati gurunya yang
terkesan mencaci makinya, bahkan sampai menekan-nekan kepalanya dengan
jari telunjuk.
Benar kata pepatah, “guru
kencing berdiri, murid kencing berlari”. Guru menghina murid dan mencaci
maki, maka murid menendang kemaluan guru dengan kaki!
Biar lebih jelas dan enak bacanya, saya angkut beritanya ke sini!
“LENSAINDONESIA.COM:
Jengkel dengan ulah guru yang memakinya habis-habisan di depan kelas,
seorang bocah pelajar SD melakukan aksi nekat dengan menendang kelamin
orang tua di sekolahan tersebut. Bahkan sang guru pun tidak menyangka
sama sekali bisa diserang balik oleh siswinya itu.
Surat kabar the Daily Mail Jumat
(7/9/2012), memberitakan adegan mengejutkan sekaligus kurang ajar itu
berlangsung di sebuah sekolah dasar di Rusia. Namun tidak disebutkan
lokasi persisnya. Kejadian ini direkam seorang pelajar melalui telepon
seluler dan diunggah ke situs liveleak.com.
Peristiwa itu berlangsung saat
pelajaran bahasa Inggris. Awalnya, bocah perempuan berambut pirang ini
hanya menunduk ketika diomeli bertubi-tubi oleh gurunya. Tidak puas
sampai di situ, guru agresif ini menekan-nekan kepala sang murid dengan
jari telunjuknya menandakan dia kesal dengan kecerdasan sang siswi.” Sumber
Karena saya bukan seorang guru,
melainkan seorang murid (selamanya saya masih seorang murid), maka saya
akan berbicara sebagai murid saja melihat kejadian tersebut.
1. Semua tamparan tangan guru yang
pernah sampai ke pipi saya, semuanya tidak saya anggap motivasi, atau
bahkan bisa menyadarkan saya. Justru semuanya membuat saya merasa
terhina, ditertawakan teman-teman, dan saya tidak berfikir perubahan
yang lebih baik kecuali keterpaksaan dan rasa takut. Tapi kalau sudah
besar, rasa takut itu bisa berubah menjadi rasa dendam.
Dari SD sampai sekolah SMU, saya pernah
mendapatkan 6 x tamparan. Saya tidak punya rasa dendam, itu bukan karena
saya takut guru. Tapi karena perkataan guru lain yang menyadarkan saya,
atau guru yang menampar saya merasa menyesal dan minta maaf. Bukan
tamparannya yang membuat saya berlapang dada, tapi perkataannya.
2. Saya tidak pernah ditekan-tekan
kepala oleh seorang guru, justru suatu waktu saya pernah disuruh
menekan-nekan kepala seorang guru, dan disuruh melemparkan kopiahnya.
Guru itu marah pada saya karena saya merokok di sekolah.
Guru itu benar-benar membuat saya merasa
malu pada diri sendiri. dan saya mengikuti semua ucapannya. Meski
akhirnya saya merokok lagi setelah batas perjanjian untuk tidak merokok
itu sudah terlewat (sudah lulus sekolah).
3. Teman SMU saya ada yang pernah
kepanya ditekan-tekan oleh guru dengan jari tangannya, dan dihina karena
ketidak disiplinan dan kebodohannya sebagai murid. Dia diam saja waktu
dimarahi habis-habisan, hanya tertunduk. Tapi, setelah dia selesai
dimarahi, dibelakang guru dia mengumpat sang guru dan merasa
dipermalukan. Dia merasa, kesalahannya tidak sebanding dengan kepalanya
yang ditekan-tekan, itu sudah sangat menghina, menurutnya.
Menariknya, teman saya itu malah memuji
seorang guru dan merasa malu pada diri sendiri setelah dia dapat nasihat
dari guru yang sama pernah memarahi saya karena merokok (lihat nomor
2). Kasus teman saya bukan merokok, dia suka bolos dan pemalas.
4. Di sekolah SMU saya dulu ada
seorang guru yang akan dikeroyok oleh murid, guru itu sampai langsung ke
luar dari sekolah. Alasan para murid mau ngeroyok guru karena merasa
guru itu terlalu berlagak sok keras, sok galak, sok jago. Bahkan suatu
waktu saat mengajar, guru itu pernah marah-marah sambil menendang
beberapa meja murid sampai berantakan. Kasus ini kasus terheboh di
sekolah saya.
5. Berbeda dengan kasus tindakan
keras guru, pernah suatu waktu teman-teman adik kelas curhat ke saya
(kebanyakan cewek yang curhat). Bahwa mereka membenci seorang guru.
Sebetulnya guru itu baik, sayangnya, kebaikan guru itu sepertinya hanya
dicurahkan pada beberapa murid yang dianggapnya paling pintar dan
terajin di kelas. Sedangkan murid yang lainnya kurang diperhatikan.
Seperinya, “pilih kasih” di kelas
benar-benar memberikan efek yang sangat jelek pada murid, sebab murid
pemalas dan yang bodoh, bisa-bisa bukan berfikir yang lebih positif,
yang ada malah benci pada guru dan murid yang terlalu diperhatikan guru
itu.
Bagi saya, meski bagaimanapun, saya tetap berterimakasih pada semua orang yang telah menjadi guru saya.
Seperti itu saja. Minjem bahasa kaksus ah :D. “CMIIW” (Correct me if i’m wrong)