Untuk Berbagi :

Ekspresi Nasionalisme Musisi ALiran Punk Nan Keras

Sabtu, 08 September 2012

illustrasi: matakumatamu.multiply.com
illustrasi: matakumatamu.multiply.com

Banyak cara yang dilakukan musisi untuk mengekspresikan rasa nasionalisme. Dari cara yang halus dan sopan dalam menyanyikan liriknya, sampai cara yang keras dan penuh teriakan kemarahan! Seperti halnya yang dilakukan salah satu band beraliran punk. Tcukimay, band trash punk asal Bandung yang selalu berpenampilan punk dengan gaya rambut khas mohawk, kerap berteriak dengan lantang menggaungkan lirik-liriknya yang sarat akan kritik pada pemerintah.

Teu gableg ka era, teu gableg beungeut// Marentah sakahayang, teu gableg rarasaan// Asa aing pang alusna, asa aing pang benerna// Nincek kanu leutik, leletak kanu gede..”

Bahasa itu, merupakan Bahasa Sunda yang sangat kasar, apalagi jika dihubungkan kata-kata itu diucapkan oleh seseorang yang usianya lebih muda dari lawan bicaranya, maka itu bukan lagi berarti kasar, tapi sebuah tantangan!

Terjemah bahasa Indonesianya kurang lebih seperti ini,
“Tidak punya rasa malu, tidak punya muka// memerintah semaunya, tanpa perasaan// merasa diri sendiri paling baik dan paling benar// menginjak (rakyat) kecil dan menjilat orang yang lebih tinggi (berkuasa)”

Lirik selanjutnya dari kata itu sudah termasuk umpatan penuh kebencian dan kekecewaan pada pemimpin yang diktator. Saya akan mensensornya. Ini liriknya, “diktator ******// diktator *****// diktator ******// diktator, mati kau ******.” Saya harap tidak usah dipikirkan apa umpatan mereka pada pemimpin yang diktator.

Yang jelas lagu yang diteriakan anak Punk penuh power itu merupakan ekspresi nasionalisme anak muda yang selalu (sering) dicap sebagai orang-orang yang berpenampilan urak-urakan. Bahkan tidak sedikit yang menganggapnya sampah masyarakat.

Selain Tcukimay, banyak lagi band-band beraliran punk yang selalu meneriakan rasa nasionalisme, seperti halnya Band Jeruji dalam lagunya yang berjudul Lawan. Kritik pedas pada pemerintah sangat jelas sekali dari pembuka lagunya saja, “Kami cinta negeri ini, tapi kami benci sistem yang ada, hanya ada satu kata, lawan!”

Apa yang ingin mereka lawan? Sistem pemerintah? Sebetulnya lirik selanjutnya adalah kata-kata yang menggelorakan semangat berjuang melawan kelakuan para pemerintah negeri yang menindas rakyat. Seperti penggalan liriknya, “Pukul terus tak kenal menyerah// hajar teruss hancurkan penguasa// lawan.. lawan..!!”

Memang terkadang sangat ironis fenomena musik punk yang selalu menerikan nasionalisme dan kebejatan pemerintah. Di satu sisi mereka berteriak lantang sebagai sebuah kritik atau umpatan pada pemimpin yang tidak bertanggung jawab, alias penindas rakyat. Namun, sikap kritis itu kadang tidak diimbangi dengan prilakunya sebagai seorang musisi yang menggaungkan rasa nasionalisme.

Semoboyan “fuck the system” di kalangan musik punk yang masih mempunyai jiwa nasionalisme kadang sangat tertanam kuat terpatri di dalam dirinya. Dan hal itu bisa berarti positif atau pun negatif.

Positifnya adalah kepedulian mereka pada hal-hal sosial kerap sering dibuktikannya dengan melakukan aksi-aksi sosial berupa baksos (bakti sosial), atau sikap pribadinya yang memang masih menjunjung tinggi dan terus berupaya menanamkan dan menularkan sikap kritisnya itu pada pemerintah agar lebih baik. Dalam hal ini, berbaur di kehidupan sosial dan menciptaan semangat nasionalisme dengan lagu-lagunya. Sedangkan sisi negatifnya adalah menjadi seorang yang tidak peduli pada kehidupan pemerintah, termasuk pada aturan-aturan sosialnya. Sikap berontaknya pada pemerintah, bukan dilakukannya untuk membangun hidup sendiri atau pemerintahnya lebih baik, yang ada malah hidup semaunya, dan bisa jadi malah meresahkan warga.

Semoga para musisi punk yang meskipun menggaungkan musik yang keras tetap terus memupuk jiwa nasionalismenya dan merealisasikan hal itu ke dalam kehidupan sehari-hari. Jangan hanya berteriak-teriak menggaungkan nasionalisme sedangkan prilakunya berlawanan dengan aturan-aturan Pancasila yang sarat akan nilai-nilai kehidupan yang “baik”.
Vokalis Tcukimay: anakampung.deviantart.com
Vokalis Tcukimay: anakampung.deviantart.com





Dasam Syamsudin
Share this Article on :

0 komentar:

Posting Komentar

 

© Copyright Kak Dasam 2010 -2011 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.