Bangun tidur langsung membuka
Kompasiana. Terkaget tulisan saya terekomendasi. Ini sutau hantaman bagi
saya. Lagi-lagi, Kompasiana melakukan tindakan ceroboh merekomendasikan
tulisan saya. Tiga minggu yang lalu tulisan saya terekomendasi selama 3
hari berturut-turut. Dan sekarang, “kecerobohan” (terimakasih)
Kompasiana terulang. Entah apa artinya bagi kompasiana tulisan sederhana
itu. Yang pasti bagi saya, saya harus menyelesaikan tulisan Stephen
Hawking: Tentang Alien dan Tuhan.
Jika di dalam buku “A Brief History of
Time” yang diterbitkan tahun 1988, Hawking tidak menapikan turut
campurnya Tuhan dalam penciptaan alam semesta. Sedangkan di buku The Grand Design
yang baru terbitan tahun 2010, dia melepaskan Tuhan dari proses
penciptaan alam semesta. Adanya gravitasi di alam semesta, itu menjadi
salah satu alasan alam semesta tidak membutuhkan Tuhan untuk membangun
dirinya sendiri.
Di buku yang terbarunya itu, Hawking
bukan hanya menentang pernyataan Isaac Newton tentang adanya Pencipta di
alam semesta, tapi dia juga sepertinya mau menghabisi mentah-mentah
pernyataannya tentang keberadaan Tuhan di dalam bukunya yang terdahulu,
“A Brief History of Time”.
Saya memang ragu memposisikan Hawking
termasuk agnostik atau atheits, Percaya tuhan atau tidak. Namun, sedari
awal Hawking sudah serin mengatakan bahwa Tuhan yang ia pahami, tidak
sama seperti yang di pahami di dalam agama. Hal itu bisa dipahami dari
penyataannya, “Tidak religius secara akal sehat” dan ia percaya bahwa
“alam semesta diatur oleh hukum ilmu pengetahuan. Hukum tersebut mungkin dibuat oleh Tuhan, tetapi Tuhan tidak melakukan intervensi untuk melanggar hukum.”
Dan di banyak tempat (media), Hawking
sering menggunakan kata “mungkin” untuk keberadaan Tuhan,. hal itu
menunjukan perjalanan dan perjuangan Hawking yang belum menyatakan finish terhadap Tuhan, meski di bukunya “A Brief History of Time” Tuhan begitu melekat di dalam pikirannya.
Sepertinya Hawking sudah menemukan akhir
perjalanan dalam teka-teki dari mana alam semesta berasal. The Grand
Design, di bukunya yang ini, campur tangan Tuhan dilepaskan dari alam
semesta, Hawking tidak membutuhkan Tuhan untuk menciptakan alam semesta
ini. Semuanya bisa berdiri dengan sendiri, hukum gravitasi bisa membuat
alam semesta ini.
Apakah lagi-lagi harus difahami secara
metaforis Tuhan yang disebutkan Hawking? Saya mengabil tindakan di
tulisan ini, Hawking memang sudah tidak percaya Tuhan. Sebab seringnya
melihat kata “mungkin” di dalam keberadaan Tuhan ketika dia masih
dianggap “percaya, agnostic”, saya mulai memberi tanda kutip pada makna
“Tuhan” itu. Hawking masih mempunyai keraguan besar akan keberadaan
Tuhan.
Melihat dirinya sebagai seorang ilmuwan
fisika, memang wajar jika Tuhan terus diseret ke dalam kajian fisikanya
yang berkaitan dengan alam semesta, yang akhirnya akan membawa
kesimpulan pada “ada atau tidak” Tuhan ketika pengetahuan baru tentang
sains mulai ditemukan atau lebih diyakini kebenarannya. Dan Hawking
yakin alam semesta bisa berdiri sendiri tanpa campur Tuhan. Tuhan hilang
di “pikiran” Hawking.
Perjalanan pikiran sains memang akan
seperti itu, ketika hasil pengamatannya membawa pada kesimpulan seperti
yang diyakini Hawking, alam semesta tidak membutuhkan campur tangan
Tuhan, maka dia akan meyakini hal itu. Sebab bagi Hawking, dia hanya
mempercayai apa yang bisa ia amati. Dan Tuhan, tidak bisa ia amati. Maka
hukum gravitasi (dan proses yang lainnya) lebih dipercaya mampu
membangun alam semesta ketimbang Tuhan yang belum bisa diamati Hawking.
Saya percaya, Hawking sudah melepaskan Tuhan di dalam pikirannya. Perdebatan Hawking tentang Tuhan telah selesai! (The telegraph)
Wallahu A’lam
0 komentar:
Posting Komentar