Untuk Berbagi :

Stephen Hawking: Tentang Tuhan dan Alien # 3 (Final)

Sabtu, 08 September 2012

Di artikel kedua, saya mengambil kesimpulan, Ilmuwan astrofisika Stephen Hawking sudah melepaskan Tuhan di dalam fisikanya. Spontanitas terjadinya alam semesta dan kekuatan hukum gravitasi, membuatnya yakin alam semesta berdiri dengan sendiri.
Harus diingat pula, perbincangan tentang alam semesta yang berdiri sendiri, bukan hanya terjadi di kalangan saintis, itu juga menjadi dialog panjang para filosof, dan semuanya tidak ada yang memberi kesimpulan memuaskan, menurut saya. Tentang Tuhan ada atau tidak, semuanya belum jelas, dan akan menjadi dialog yang terus berlanjut di dalam sains dan filsafat. 

Ilustrasi, alien : http://www.guardian.co.uk/
Ilustrasi, alien : http://www.guardian.co.uk/

Tentang Alien
Ilmuwan Fisika Teoritis ini, Hawking, mempunyai pandangan yang sangat berani menyoal keberadaan makhluk biologis yang berada di luar angkasa, atau lebih tepatnya alien. Hawking dengan perhitungan otak matematisnya, nampaknya yakin bahwa alien yang mempunyai kecerdasan jauh melampui manusia benar-benar ada. Bahkan keberadaan mereka bukan saja menghuni di planet-planet, bisa saja di sebuah bintang, atau melayang di ruang hampa alam semesta.
Perhitungan matematika Hawking yang menganggap alam semesta begitu luas dengan 100 miliar galaksi dan belum lagi jumlah ratusan milyaran planetnya, juga memperhitungkan ruang kosong di alam semesta yang begitu luasnya, menganggap sangat rasional jika alien ada.
Sungguh pandangan yang sangat berani, menurut saya. Perhitugan matematis Hawkin ini, bukan hanya berhenti di makhluk alien itu ada dan kecerdasannya lebih baik dari manusia atau teknologinya yang lebih maju. Tapi, Hawking melanjutkan dengan pikiranya yang pesimis untuk kehidupan di Bumi, sebab keberadaan alien itu bisa mengancam kehidupan manusia.
Tidak berhenti di situ, Hawking pun menyarankan agar manusia menghentikan kontak dengan alien, sebab itu sama saja mengundang bencana ke Bumi. Sungguh pandangan yang sangat kontroversial. Padahal, belum lama ini Kompas.com menayangkan berita tentang himbauan ilmuwan bersama National Geographic agar kita mengirimkan pesan pada makhluk luar angkasa. Inti dari berita itu, Alien berarti tidak mempunyai potensi membahayakan Bumi. (Lengkapnya disini)
Hawking, menurut saya, meski menyebutkan itu hasil pemikiran matematisnya, terlalu berlebihan mendeskripsikan tentang alien, apalagi potensinya yang bisa memberi ancaman pada kehidupan di Bumi.
Saya tidak punya kata yang lebih baik untuk menanggapi pernyataan Hawking tentang alien yang terkesan canggih dan jahat selain kata “berlebihan”. Sebab apa yang dikemukakannya itu, terdengar tidak asing jika kita sering melihat film fiksi ilmiah tentang alien.
Mungkin pernyataanya tentang keberadaan alien, secara matematis alam semesta memang mempunyai banyak ruang yang leluasa untuk keberadaan kehidupan biologis selain manusia. Selain itu, teori evolusi pun sepertinya bisa memberi ruang untuk perkembangan kehidupan biologis yang bukan hanya ada di Bumi. Tidak mustahil kehidupan bernyawa bisa bertahan di kondisi yang sangat extreem karena hasil proses evolusi dan adaptasi. Selama ini, konsep kehidupan Bumi memang menjadi parameter untuk keberadaan makhluk bernyawa lainnya yang ada di luar angkasa. Sehingga planet-planet yang kondisinya berbeda dengan Bumi, selalu dianggap tidak mempunyai potensi untuk menopang kehidupan.
Hawking sepertinya berusaha meninjau jauh, tentang alam semesta saja bisa tercipta (dengan sendirinya) dan Bumi menjadi bukti “suksesnya” suatu kehidupan biologis tumbuh dan bertahan pasca ledakan besar ( Big Bang) sekitar 150 miliar tahun yang lalu. Dan “keajaiban” (baca: kemungkinan) ini, tidak mustahil terjadi di tempat lain yang ada di alam semesta, baik di planet, bintang, bulan, atau bahkan melayang di ruang yang hampa.
Saya pribadi (meski bingung), memang menerima perhitungan “peluang’ matematis Howking itu. Namun, berat rasanya harus menerima mentah-mentah pernyataanya tentang deskripsi alien yang lebih pintar dari manusia, bentuknya aneh, lebih maju teknologinya, dan juga berpotensi mengancam manusia.
Akan tetapi, ada satu hal yang sangat menarik, menurut saya. Hawking begitu yakin dan menganggapnya rasional jika alien (sekarang) memang benar-benar ada melalui perhitungan otak matematisnya. Namun, dengan otak fisikanya dia memutuskan untuk melepaskan campur tangan Tuhan pada penciptan alam semesta dan hukum-hukumnya.
Kenapa untuk alien begitu yakin sedangkan Tuhan tidak? Ini menurut saya, sebab alien berada di dalam alam semesta dan terlibat dengan hukum-hukum fisika. Sedangkan Tuhan mecakupi seluruh semesta dari penciptaan sampai pengendalian hukum-hukumnya, dan Tuhan jelas tidak bisa dijangkau dan diterapkan hukum-hukum fisika yang berlaku pada manusia. Karena itu  Hawking tidak bisa menerima Tuhan harus terlibat pada alam semesta. Sebab dia hanya mempercayai apa yang bisa diamati melalui otak fisikanya.
Dan bagaimana dengan hati Hawking tentang Tuhan? Saya tidak tahu, meski saya menyelipkan kata atheits dalam tulisan tiga judul ini pada pembahasan artikel ke dua, titik tekan saya tetap pada jalan sains dalam pencarian Tuhan.
Wallahu A’lam!
Share this Article on :

0 komentar:

Posting Komentar

 

© Copyright Kak Dasam 2010 -2011 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.