Di artikel kedua, saya mengambil kesimpulan, Ilmuwan astrofisika Stephen Hawking sudah melepaskan Tuhan di dalam fisikanya. Spontanitas terjadinya alam semesta dan kekuatan hukum gravitasi, membuatnya yakin alam semesta berdiri dengan sendiri.
Harus
diingat pula, perbincangan tentang alam semesta yang berdiri sendiri,
bukan hanya terjadi di kalangan saintis, itu juga menjadi dialog panjang
para filosof, dan semuanya tidak ada yang memberi kesimpulan memuaskan,
menurut saya. Tentang Tuhan ada atau tidak, semuanya belum jelas, dan
akan menjadi dialog yang terus berlanjut di dalam sains dan filsafat.
Tentang Alien
Ilmuwan
Fisika Teoritis ini, Hawking, mempunyai pandangan yang sangat berani
menyoal keberadaan makhluk biologis yang berada di luar angkasa, atau
lebih tepatnya alien. Hawking dengan perhitungan otak matematisnya,
nampaknya yakin bahwa alien yang mempunyai kecerdasan jauh melampui
manusia benar-benar ada. Bahkan keberadaan mereka bukan saja menghuni di
planet-planet, bisa saja di sebuah bintang, atau melayang di ruang
hampa alam semesta.
Perhitungan
matematika Hawking yang menganggap alam semesta begitu luas dengan 100
miliar galaksi dan belum lagi jumlah ratusan milyaran planetnya, juga
memperhitungkan ruang kosong di alam semesta yang begitu luasnya,
menganggap sangat rasional jika alien ada.
Sungguh
pandangan yang sangat berani, menurut saya. Perhitugan matematis Hawkin
ini, bukan hanya berhenti di makhluk alien itu ada dan kecerdasannya
lebih baik dari manusia atau teknologinya yang lebih maju. Tapi, Hawking
melanjutkan dengan pikiranya yang pesimis untuk kehidupan di Bumi,
sebab keberadaan alien itu bisa mengancam kehidupan manusia.
Tidak
berhenti di situ, Hawking pun menyarankan agar manusia menghentikan
kontak dengan alien, sebab itu sama saja mengundang bencana ke Bumi.
Sungguh pandangan yang sangat kontroversial. Padahal, belum lama ini Kompas.com
menayangkan berita tentang himbauan ilmuwan bersama National Geographic
agar kita mengirimkan pesan pada makhluk luar angkasa. Inti dari berita
itu, Alien berarti tidak mempunyai potensi membahayakan Bumi. (Lengkapnya disini)
Hawking,
menurut saya, meski menyebutkan itu hasil pemikiran matematisnya,
terlalu berlebihan mendeskripsikan tentang alien, apalagi potensinya
yang bisa memberi ancaman pada kehidupan di Bumi.
Saya
tidak punya kata yang lebih baik untuk menanggapi pernyataan Hawking
tentang alien yang terkesan canggih dan jahat selain kata “berlebihan”. Sebab apa yang dikemukakannya itu, terdengar tidak asing jika kita sering melihat film fiksi ilmiah tentang alien.
Mungkin
pernyataanya tentang keberadaan alien, secara matematis alam semesta
memang mempunyai banyak ruang yang leluasa untuk keberadaan kehidupan
biologis selain manusia. Selain itu, teori evolusi pun sepertinya bisa
memberi ruang untuk perkembangan kehidupan biologis yang bukan hanya ada
di Bumi. Tidak mustahil kehidupan bernyawa bisa bertahan di kondisi
yang sangat extreem karena hasil proses evolusi dan adaptasi. Selama
ini, konsep kehidupan Bumi memang menjadi parameter untuk keberadaan
makhluk bernyawa lainnya yang ada di luar angkasa. Sehingga
planet-planet yang kondisinya berbeda dengan Bumi, selalu dianggap tidak
mempunyai potensi untuk menopang kehidupan.
Hawking
sepertinya berusaha meninjau jauh, tentang alam semesta saja bisa
tercipta (dengan sendirinya) dan Bumi menjadi bukti “suksesnya” suatu
kehidupan biologis tumbuh dan bertahan pasca ledakan besar ( Big Bang)
sekitar 150 miliar tahun yang lalu. Dan “keajaiban” (baca: kemungkinan)
ini, tidak mustahil terjadi di tempat lain yang ada di alam semesta,
baik di planet, bintang, bulan, atau bahkan melayang di ruang yang
hampa.
Saya pribadi (meski bingung), memang menerima perhitungan “peluang’ matematis Howking itu. Namun, berat
rasanya harus menerima mentah-mentah pernyataanya tentang deskripsi
alien yang lebih pintar dari manusia, bentuknya aneh, lebih maju
teknologinya, dan juga berpotensi mengancam manusia.
Akan tetapi,
ada satu hal yang sangat menarik, menurut saya. Hawking begitu yakin
dan menganggapnya rasional jika alien (sekarang) memang benar-benar ada
melalui perhitungan otak matematisnya. Namun, dengan otak fisikanya dia
memutuskan untuk melepaskan campur tangan Tuhan pada penciptan alam
semesta dan hukum-hukumnya.
Kenapa
untuk alien begitu yakin sedangkan Tuhan tidak? Ini menurut saya, sebab
alien berada di dalam alam semesta dan terlibat dengan hukum-hukum
fisika. Sedangkan Tuhan mecakupi seluruh semesta dari penciptaan sampai
pengendalian hukum-hukumnya, dan Tuhan jelas tidak bisa dijangkau dan
diterapkan hukum-hukum fisika yang berlaku pada manusia. Karena itu
Hawking tidak bisa menerima Tuhan harus terlibat pada alam semesta.
Sebab dia hanya mempercayai apa yang bisa diamati melalui otak
fisikanya.
Dan
bagaimana dengan hati Hawking tentang Tuhan? Saya tidak tahu, meski saya
menyelipkan kata atheits dalam tulisan tiga judul ini pada pembahasan
artikel ke dua, titik tekan saya tetap pada jalan sains dalam pencarian
Tuhan.
Wallahu A’lam!
0 komentar:
Posting Komentar